Mungkin benar, kata berjamaah tidak pantas disandingkan dengan kegiatan contek mencontek. Keduanya merupakan suatu kegiatan yang sifatnya bertolak belakang, yang pertama nyontek merupakan kegiatan tak terpuji, sedangkan berjamaah merupakan suatu kegiatan terpuji dan di sunahkan agama, biasanya berlaku untuk ibadah sholat. Tapi justru disitu letak menariknya, bukankah itu gambaran masyarakat belakangan ini, tumpang tindih, menubruk apa saja ; etika, aturan formal sampai padu padan warna pakaian.
Kembali ke nyontek, dari sekian banyak anak yang makan bangku sekolahan, anak sekolahan mana yang tidak pernah nyontek waktu ujian sekolah ? Saya sendiri yang terlanjur dilabeli sebagai pintar dan dibuktikan dengan nilai raport, peringkat kelas dan prestasi, tetap saja tak luput dari pekerjaan contek mencontek itu. Mencontek itu menghianati kerja keras dan hati nurani, tapi pada kesempatan tertentu dan alasan kepepet dan otak tak dapat lagi mencerna soal-soal teks book, nyontek tetap saja saya lakukan. Mulai dari membuat contekan di kertas, dibangku, dimeja, di dinding kelas, di tangan, dipaha, langsung membuka buku pelajaran atau malahan berbagi jawaban dengan teman sekelas.
Dan ketika zaman berubah, dengan segala kecanggihan perangkat teknologi, teknik contek mencotekpun mengikuti perkembangan itu, dengan kemampuan teknologi Handphone seri terbaru, ingatan (materi) dapat direkam baik secara suara maupun visual. Dan ketika nyontek adalah sebuah jalan menuju Roma, dan pengawas ujian tutup mata dan dapat disumbat dengan rangkaian rupiah, maka beruntunglah orang-orang yang memiliki teknologi.
Tapi sebenarnya kenapa anak-anak sekolahan dapat melakukan contek mencontek berjamaah ¿ apakah murni karena alasan mentalitas dan tumpulnya pisau pengawasan ? menurut saya pribadi, dari pengalaman terbaru, nyontek berjamaah berhubungan dengan psikologi umum kelompok. Sebuah kelas adalah sebuah kelompok individu-individu dengan beragam latar belakang yang mengelompok/dikelompokan secara struktur untuk mencapai tujuan bersama, tentunya memudahkan proses belajar. Pengelompokkan individu-individu ini dalam jangka waktu lama dengan segala dinamika kelompok yang ada didalamnya pada derajat tertentu membentuk ikatan-ikatan in group feeling sebagai kelompok, sebagai sebuah komunal. Walaupun soal ujian telah dibuat berbeda-beda untuk masing-masing anggota kelas dan didudukkan secara berjarak, perasaan keterikatan sebagai bagian kelompok itulah yang kemudian dimanfaatkan dan menjerumuskan individu kelompok pada prilaku nyontek berjamaah. Kepentingan individu ditekan dan yang ada adalah kepentingan kelompok untuk sama-sama lulus ujian.
Dan sebagai perbandingan terhadap apa yang saya kemukakan, lihat saja pada saat ujian UMPTN -dimana individu individu tidak saling mengenal- , bukankah kegiatan contek menyontek berjamaah dengan berbagi jawaban tidak terjadi ( ¿) dan itulah yang terjadi ketika individu-individu terputus / di putus dari ikatan kelompok.
Kamis, 04 Agustus 2011
Langganan:
Postingan (Atom)